socmed

Tuesday, June 24, 2008

Solar Energy


Solar energy is energy from the Sun in the form of radiated heat and light. It drives the climateweather and supports life on Earth. Solar energy technologies make controlled use of this energy resource. Solar power is a synonym of solar energy or refers specifically to the conversion of sunlight into electricity by photovoltaics, concentrating solar thermal devices or various experimental technologies.
Source: Wikipedia

Beberapa minggu terakhir ini media heboh oleh berita 'penipuan' seseorang yang mengaku bisa menciptakan energi dari air. Belakangan, malah menyangkut nama sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta, yang tadinya sudah akan mendukung pembangkit listrik tenaga 'jin' tersebut.
Terlepas dari berbagai pro kontra energi alternatif, memang sudah sewajarnya kita mulai memikirkan sumber-sumber energi alternatif untuk menggantikan BBM yang sudah semakin menipis itu. Selain itu, kita juga sudah merasakan akibat-akibat global warming, yang salah satunya disebabkan emisi gas rumah kaca dari pembakaran BBM.
Hm.. jadi kepikiran nih... bisa nggak ya kita memanfaatkan sumber energi lain yang aman dari pengaruh buruk terhadap lingkungan?
Beberapa waktu yang lalu, aku lihat di salah satu TV, ada acara documentary yang membahas tentang ide-ide untuk menggunakan energi alternatif di skala rumah tangga. Di situ dibahas tentang sebuah rumah yang pake solar panel untuk sumber energi, sehingga diklaim "bebas tagihan listrik". Terus ada juga semacam flat yang pake energi panas bumi, dengan pipa-pipa yang menyalurkan panas itu ke unit-unit rumah di dalamnya.

Gila kali ya...

Tapi aku jadi mikir lagi.. kalo nggak ada orang-orang 'gila' seperti itu, kita nggak akan bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi masalah krisis energi ini. Ide-ide kaya Pak Sarli yang bikin kompor tenaga surya perlu dikembangkan lebih lanjut, kalo kita mau berusaha, pasti bisa kan...

Kalo boleh berkhayal nih... di Jogja kan sekarang udah ada TransJogja. Sayangnya masih di wilayah kota aja. Mungkin bisa nih, seandainya di deket halte disediain tempat parkir sepeda, nah dari rumah berangkat naik sepeda ke halte. Terus naik bus sampe ke kantor/kampus/sekolah. Kan udah lumayan hemat energi. Biarin deh, yang di jalan raya isinya kendaraan umum aja.. biar ga penuh n BBM-nya diirit. Syukur2 bisa dikembangin kendaraan umum yang pake solar energy (tambah berkhayal lagiiiiii....)
Ide lain, mungkin sepeda listrik (aku pernah lihat di pameran) bisa dimasyarakatkan... terus, chargingnya jangan pake listrik PLN, sama juga boong kan, pake energi BBM juga... Ntar perlu dibuat semacam "pom bensin" khusus untuk charging, pake tenaga surya... Jadi punya spare batere gitu, yang satu dipake, yang satu dicharge di 'charging center' khusus sepeda elektrik.. lucu juga kalo bisa gitu, hehe...
Terus, bikin perumahan yang pake local solar panels untuk menghasilkan energi.
Mahal sih.. tapi berinvestasi untuk kepentingan masa depan bumi kita, anak cucu kita? Monggo-monggo, yang punya banyak duit... :)

Hayo, apa lagi yang bisa dilakuin? hehehe....

idenama@24 june 08
*lagi hobi sama energi matahari*


Monday, April 7, 2008

Spongebob Squarepants

Who lives in a pineapple under the sea?
Absorbent and yellow and porous is he
If nautical nonsense is all that you wish
So drop on the deck and flop like a fish
Spongebob Squarepants OST, listen here
Familiar kan dengan tokoh kartun itu? Rasanya bukan hanya anak-anak saja yang menggemari, orang dewasa pun banyak yang suka. Habis gimana ya, kok bisa gitu spon dibikin tokoh kartun. Memang sih, spon termasuk jenis binatang juga.

Jenis spon yang ada di gambar di atas itu mungkin ya, yang jadi inspirasi buat mas Stephen Hillenburg yang background pendidikannya biologi kelautan itu buat bikin tokoh Spongebob yang kita kenal sekarang ini? Bayangin aja gambar itu dikasih mata bulet biru dengan bulu mata lentik sama celana kotak, hehe...

Bagaimana dengan bentuk asli tokoh-tokoh lainnya ya...


Bandingin aja sama gambar-gambar berikut ini:
Mr. Krabs
Squidward
Patrick
Gary


Hal lain yang menarik di Spongebob adalah analogi. Beberapa diantaranya:
1. Ubur-ubur = lebah madu, mungkin karena sama-sama menyengat ya..
2. Kerang kecil = unggas (burung dan ayam)
3. Kapal = mobil
4. Siput = kucing
5. Cacing = anjing
6. Kerang besar = binatang buas

Ohya, satu lagi yang aku suka... lagu ending yang mengiringi credit title, dengan musik Hawaiian Guitar itu tu.. Ada yang punya mp3nya ga ya?????

idenama@7 april 08

Wednesday, April 2, 2008

Gamelan

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Wikipedia


Gamelan, seperti yang kita tahu, adalah seperangkat alat musik tradisional yang biasanya dimainkan di upacara-upacara adat, menandai perjalanan hidup manusia. Mulai dari upacara pernikahan sampai upacara berkabung, ada gendingnya masing-masing.

Tapi, pernah tidak mendengar gamelan misterius yang dimainkan di tengah malam? Katanya sih kalau pernah denger gamelan itu dimainkan, maka akan tinggal menetap di Kota Yogyakarta.

Hal ini memang sempat diperbincangkan di kalangan teman-teman kuliah dulu, khususnya yang berasal dari luar Jogja. Aku pribadi tidak tahu persis, gamelan yang seperti apa yang dimaksud, tapi sepertinya sih, aku pernah mendengarnya di suatu malam beberapa tahun yang lalu. Suaranya seperti berjalan mendekat, kemudian menjauh lagi... Ah, sayang sekali aku tidak hafal nama-nama gending, jadi tidak bisa mendeskripsikan bunyi gamelan yang aku dengar tersebut...

Yang jelas sih, sampai sekarang aku masih menetap di Jogja :)

idenama@3 April 08



Friday, March 28, 2008

Global Warming Effect

Global average surface temperature will increase by between 1.0 and 3.5 Celsius degrees (between 1.8 and 6.3 Fahrenheit degrees) by the year 2100 (see Global Warming). If such a warming should occur, sea level should rise by between 15 cm and 95 cm (6 in and 37 in) by the year 2100, with the most likely rise being 50 cm (20 in). Such a rise in sea level might have a damaging effect on coastal ecosystems. (Ahrens, C.D. 2006, “Meteorology” in Microsoft Encarta)


Salah satu bukti yang nyata dari pemanasan global adalah naiknya permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub.

Aku tidak tahu persis, fenomena yang aku temukan di Pantai Baron disebabkan global warming atau tidak. Yang jelas sih cukup buat merinding, melihat perubahan signifikan yang terjadi pada garis pantainya.

Selama ini aku hanya baca berita di koran, bahwa ada rumah penduduk yang tadinya ratusan meter dari bibir pantai, sekarang dapurnya hampir termakan air laut. Tambah merinding lagi, melihat tim SAR (gak pake bikini lho…) yang mondar mandir mencari seorang korban yang hanyut di pantai itu sehari sebelumnya dan belum ditemukan…

Foto dibawah ini menunjukkan kondisi pantai Baron pada tanggal 25 Desember 2004.











Foto dibawah ini menunjukkan kondisi pantai Baron pada tanggal 21 Maret 2008.









Bandingkan.

Tahun 2004 pantai ini masih landai, terlihat dari warna air yang memperlihatkan permukaan pasir di bawahnya, dibalik selimut ombak nan melambai manja, sehingga para insan tergoda tergoda untuk mendekat (udah puitis belum? ;p).

Tahun 2008, rasanya seperti berdiri di pinggir kolam raksasa, berair hijau yang dalam. Motorboat tim SAR pun bisa melenggang santai di posisi yang sangat dekat dengan bibir pantai. Niat dari rumah untuk main air pun langsung hilang, lenyap, tamat sudah. Aku dan rombongan hanya menghabiskan waktu beberapa menit di pinggir pantai itu tanpa menyentuh air. Foto-foto di deretan kapal nelayan, langsung cabut.

Emm.. kalau memang ini salah satu global warming effect, cukup signifikan nggak ya kalau kita menanam pohon banyak-banyak untuk mencegah hilangnya pantai-pantai di masa mendatang?

idenama@28 March 08

Thursday, March 27, 2008

Sinetron

Sinetron adalah akronim dari "Sinema Elektronik". Sinetron sebenarnya adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap-serie, sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut telenovela. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai dengan konflik. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter khas masing-masing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh sutradara dan penulis cerita.
Wikipedia

Jam 18.00 - 21.00 di beberapa stasiun TV Indonesia adalah prime time. Yaitu: saat tarif iklan per spotnya bisa dibuat mahal abisss, hehe... Dan kesamaan di beberapa stasiun TV itu: yup, sinetron.

Bisa dikatakan, jam-jam itulah remote TV kebanyakan berada di tangan para ibu dan pembantu. Para bapak, oho.. nanti malam jatahnya ya, kalo ada film lepas (barat) atau pertandingan sepakbola. Ya, setidaknya itulah yang terjadi di rumahku dan kebanyakan rumah lain yang aku tahu.

Sinetron adalah sebuah dilema. Di satu pihak, pemerintah berusaha menggalakkan cinta Indonesia, termasuk dalam kebijakan tayangan TV yang diupayakan sesedikit mungkin impor dari luar. Di pihak lain, masyarakat Indonesia (yang nonton TV) masih suka sama tayangan-tayangan mengumbar mimpi yang kebanyakan jadi tema sinetron. Yang diantaranya pasti ada unsur-unsur ini (menurut pengamatanku sih kebanyakan begitu...)

  1. Tokoh utamanya cewek, miskin, menderita lahir batin
  2. Tokoh antagonisnya suka tereak, n hobi melotot
  3. Happy ending, si miskin jadi kaya, si jahat masuk penjara atau mati
  4. Banyak tokoh yang perannya ga sesuai sama umurnya (C'mon.. Cindy Fatika udah punya anak segede Baim Wong???), tinggal didandanin aja supaya keliatan tua, misalnya rambut disanggul atau dikasih warna putih sedikit
  5. Banyak adegan ga penting, terutama sinetron kejar tayang yang udah banyak iklannya
  6. Penyakit-penyakit: amnesia, kanker stadium lanjut, lumpuh, serangan jantung, stroke
  7. Ada tokoh dokter, polisi, penjahat bercodet bawa pisau/pistol
  8. Kalo masih mau nambahin, monggo...hehe
Intinya sih, belum menganggap penonton kita cerdas, jadi harus ditunjukkan dengan terang-terangan. Ini lho yang jahat. Ini lho yang miskin. Ini lho yang sakit.
Tapi terlalu berat juga untuk memasukkan unsur pendidikan, karena kalo nggak jeli salah-salah malah sinetronnya ga laku n miskin iklan.

Jadi gimana dong...

Menurutku sih, dikembaliin aja ke masing-masing. Kalo nggak suka, ya nggak usah nonton. Aku jadi inget sebuah lelucon: "Televisi memang membuatku semakin pintar. Setiap kali ia dinyalakan, aku pasti akan pindah ke ruangan lain untuk membaca buku."

idenama@27 maret 08






Monday, March 24, 2008

We Will Rock You!!!

"We Will Rock You" is a song written by Brian May and recorded and performed by Queen. One version was used as the opening track on their 1977 album News of the World. This version consists of a stamping-clapping beat, and a power chorus, being somewhat of an anthem. The stamping effects were created by the band overdubbed the sounds of themselves stomping and clapping many times and adding delay effects to create a sound like many people were participating.
Wikipedia

We Will Rock You memang bukan lagu tahun 90 an. Disini aku cuma ngambil judul itu sesuai dengan deretan lagu berikut ini, yang kebanyakan emang lagu favoritku pada dekade itu. My personal favorite were Metallica, Oasis, Nirvana, and Radiohead. Which were yours? Check it out :)


100 Greatest Rock Songs of 90`s from this site.

01: Nirvana - “Smells Like Teen Spirit”
02: U2 - “One”
03: Faith No More - “Epic”
04: Nine Inch Nails - “Closer”
05: Pearl Jam - “Alive”
06: Metallica - “Nothing Else Matters”
07: Red Hot Chili Peppers - “Under The Bridge”
08: Radiohead - “Creep”
09: R.E.M. - “Losing My Religion”
10: Pearl Jam - “Jeremy”
11: Alice In Chains - “Man In The Box”
12: Live - “Lightning Crashes”
13: Soundgarden - “Black Hole Sun”
14: Metallica - “Enter Sandman”
15: Nirvana - “All Apologies”
16: Stone Temple Pilots - “Plush”
17: Rage Against The Machine - “Killing In The Name”
18: Aerosmith - “Cryin’”
19: Alice In Chains - “Rooster”
20: Dishwalla - “Counting Blue Cars”
21: Stone Temple Pilots - “Interstate Love Song”
22: Jane’s Addiction - “Been Caught Stealing”
23: The Verve - “Bittersweet Symphony”
24: White Zombie - “More Human Than Human”
25: Oasis - “Wonderwall”
26: Blind Melon - “No Rain”
27: The Smashing Pumpkins - “Tonight, Tonight”
28: Beck - “Loser”
29: Collective Soul - “The World I Know”
30: Nine Inch Nails - “Hurt”
31: Guns N’ Roses - “November Rain”
32: Blur - “Song 2″
33: Third Eye Blind - “Semi-Charmed Life”
34: R.E.M. - “Everybody Hurts”
35: Rage Against The Machine - “Bulls On Parade”
36: Nirvana - “In Bloom”
37: Red Hot Chili Peppers - “Give It Away”
38: Soul Asylum - “Runaway Train”
39: Filter - “Hey Man Nice Shot”
40: Foo Fighters - “Everlong”
41: Radiohead - “Paranoid Android”
42: The Smashing Pumpkins - “Disarm”
43: Collective Soul - “Shine”
44: Bush - “Glycerine”
45: Tool - “Sober”
46: U2 - “Hold Me, Thrill Me, Kiss Me, Kill Me”
47: Alice In Chains - “Nutshell”
48: Gin Blossoms - “Hey Jealousy”
49: Rage Against The Machine - “Wake Up”
50: Live - “I Alone”
51: Marcy Playground - “Sex & Candy”
52: Beck - “Where It’s At”
53: Nirvana - “Lithium”
54: Pearl Jam - “Black”
55: Red Hot Chili Peppers - “Soul To Squeeze”
56: The Smashing Pumpkins - “1979″
57: The Offspring - “Self Asteem”
58: Radiohead - “High And Dry”
59: Nine Inch Nails - “We’re In This Together”
60: Foo Fighters - “My Hero”
61: Green Day - “Basket Case”
62: Better Than Ezra - “Good”
63: Spin Doctors - “Two Princes”
64: Tom Cochrane - “Life Is A Highway”
65: The Wallflowers - “One Headlight”
66: The Smashing Pumpkins - “Bullet With Butterfly Wings”
67: Primitive Radio Gods - “Standing Outside A Broken Phone Booth With Money In My Hand”
68: Alanis Morissette - “You Oughta Know”
69: Nirvana - “Come As You Are”
70: The Verve Pipe - “The Freshmen”
71: Red Hot Chili Peppers - “Scar Tissue”
72: Live - “All Over You”
73: Collective Soul - “December”
74: Dave Matthews Band - “Crash Into Me”
75: Prodigy - “Firestarter”
76: U2 - “Mysterious Ways”
77: Presidents of the United States of America - “Lump”
78: Green Day - “Good Riddance (Time of Your Life)”
79: Bush - “Machinehead”
80: Veruca Salt - “Seether”
81: Matchbox 20 - “Push”
82: Weezer - “Buddy Holly”
83: Radiohead - “Karma Police”
84: Rage Against The Machine - “Guerrilla Radio”
85: Lenny Kravitz - “Fly Away”
86: Tool - “46 & 2″
87: Third Eye Blind - “How’s It Going To Be”
88: Rammstein - “Du Hast”
89: The Offspring - “Come Out And Play”
90: Goo Goo Dolls - “Slide”
91: Prodigy - “Smack My B*tch Up”
92: Soundgarden - “Pretty Noose”
93: Green Day - “Longview”
94: Local H - “Bound For The Floor”
95: Harvey Danger - “Flagpole Sitta”
96: Counting Crows - “Mr. Jones”
97: Marilyn Manson - “Sweet Dreams”
98: Lo Fidelity Allstars - “Battle Flag”
99: Goo Goo Dolls - “Iris”
100: Lit - “My Own Worst Enemy”

Tuesday, February 26, 2008

Preseden

precedent —n. previous case etc. taken as a guide for subsequent cases or as a justification. —adj. preceding in time, order, importance, etc. [French: related to *precede]

Pocket Oxford Dictionary, 1994



“Mbak, lagu Indonesia sekarang udah banyak yang bagus ya.. dulu kan aku ga suka lagu Indonesia, tapi sekarang aku banyak yang suka..”

Itulah kalimat yang kudengar dari adikku yang duduk di kelas 3 SMA, yang aku tau dulu emang anti banget sama lagu-lagu Indonesia. Waktu SD aja sukanya sama The Beatles, hehe… Akhir-akhir ini memang aku liat udah banyak lagu Indonesia di koleksi MP3nya.

Pendapatnya menimbulkan pertanyaan di benakku. Memang, adikku bukan pakar musik yang berhak menilai bagus apa enggaknya musik Indonesia, tapi paling tidak pasti ada sesuatu yang berubah, entah selera adikku yang bergeser atau musik Indonesianya yang jadi lebih bagus. Pertanyaannya: musik Indonesia memang jadi lebih bagus atau jadi lebih mirip dengan musik impor?

Nah. Masalah mirip memirip ini udah jadi fenomena dari jaman dulu. Kalo kita inget lagu-lagu jadul yang ngetop pada masanya, ternyata banyak juga yang punya versi bahasa asingnya. (Atau, versi asli dalam bahasa asing yang diterjemahin dengan versi Indonesia? ). Contoh, lagu dangdut Pandangan Pertama sama Terajana, ada versi Indianya. Lagu Diantara Hatiku-hatimu, ada versi Inggrisnya yang judulnya Somewhere Between.

Kalau kita masuk jaman sekarang. Pernah merhatiin lagunya Mulan yang Makhluk Tuhan Paling Seksi? Bandingin sama Toxic-nya Britney Spears. Intro lagu Sempurna-nya Andra and The Backbone, bandingin sama intronya King of Convenience-nya Simon and Art Garfunkle (penyanyi jaman 70an, tanya bokap kalo ga tau siapa itu, hehe). Terus.. masih lagunya Andra and the gank, Musnah. Bandingin bagian ending, raungan gitarnya, sama lagu Buddy Holly-nya Weezer (ngetop pertengahan 90an). Terus, lagu Nidji yang jadi soundtrack sinetron, Jangan Pernah Lupakan, sama lagu Coldplay yang Trouble. Memang semua itu ga sama persis, ga mirip banget, tapi ada nada-nada yang mengingatkan aku sama lagu-lagu pendahulunya. Dan itu hanya beberapa contoh yang kebetulan keinget, masih banyak kok yang lain…

Plagiat? Bukan. Aku tidak setuju dengan istilah yang berbau vonis itu. Menurutku, hal-hal tersebut lebih berasal dari musical influence yang mungkin (semoga) memang tidak disadari oleh para pencipta musik Indonesia sehingga kebetulan aja lagunya jadi mirip lagu barat. Tapi kalo yang lagunya jadi bahasa Indonesia sementara musiknya 100% sama, ya sebut aja musical translation service, hehe…

Dulu waktu kuliah, pernah ada topik tentang Preseden. Bukan presiden lho… Waktu itu kita disuruh menggambar ulang dan mempelajari karya-karya arsitek terkenal, kemudian bikin desain baru berdasar apa yang sudah kita pelajari. Niru, tapi dikembangin pake ide kita sendiri. Pernah aku membaca, bahwa yang namanya kreatif itu tidak selalu berarti menciptakan sesuatu yang sama sekali baru. Bahkan proses belajar menurut ki Hadjar Dewantara yang diterapkan di sebuah science park di Yogyakarta, Niteni Niroake Nambahi (mencermati, menirukan, menambahi) juga mengandung konsep “menirukan” dulu, baru menambahkan ide-ide kita sehingga bisa menciptakan sesuatu yang baru. Mungkin seperti itulah proses-proses yang dilalui para musisi kita.

Kembali ke musik Indonesia, menurutku para pemusik Indonesia sudah semakin pandai mencermati selera pasar dengan tetap mengembangkan kreativitas mereka berdasarkan latar belakang yang mempengaruhi mereka dalam bermusik. Bagus atau enggaknya, tergantung siapa yang menilai. Gitu aja

idenama@26 feb 08


Sekaten

Tahun ini, seperti juga tahun-tahun sebelumnya, di alun-alun utara Jogja baru digelar acara Sekaten. Dulu pas aku masih kecil, pagelaran ini selalu ditunggu sebagai sarana hiburan rakyat yang murah dan menyenangkan. Ya, dulu belum ada mall dan taman hiburan sih…

Mengenai sekaten dan asal usulnya bisa dilihat disini.

Waktu aku kecil sih sekaten identik dengan

  • arum manis

  • bolang baling

  • pentas lumba-lumba

  • kapal otok-otok yang bahan bakarnya minyak kelapa

  • tong setan

  • dremolen

  • dangdutan (dulu loooh, ga tau sekarang, hehe)

Tapi sekarang, aku lagi ingin ngobrolin sekaten itu sebagai brand. Dia punya nilai sejarah yang kuat, punya waktu pelaksanaan yang jelas, lokasinya pasti, dan dikenal banyak orang. Sebenarnya sekaten itu sangat potensial lho kalau digarap dengan baik, sebagai brand-nya Jogja.

Beberapa tahun yang lalu seperti yang kita tahu, udah ada upaya dari pemerintah daerah untuk mengangkat citra sekaten supaya “naik kelas” dengan mengemasnya dalam bentuk “expo”. Tapi kenyataannya, kurang berhasil juga…malah kata para penjual di dalamnya, pengunjung jadi semakin sepi.

Memang sih, mengaktualkan prinsip pemasaran textbook dalam dunia nyata agak sulit. Tapi kembali lagi ke hal yang paling mendasar dalam pemasaran, yang selalu terngiang di telinga (weits.. Ikke Nurjanah bangetss), “..it all begins with the consumer”.

Kira-kira nih… ada nggak ya upaya dari pihak berwenang mengenai sekaten itu, untuk mencari tahu, siapa sih pengunjung sekaten dan apa yang mereka inginkan? Misalnya aja nih, oooh ternyata.. para pengunjung sekaten itu pengen tema yang berbeda tiap tahun. Contoh, tema makanan khas jogja. Jadi sekaten itu dikemas sedemikian rupa sehingga tema makanan mendominasi arena, paling gampang untuk ngasih nama cluster-cluster atau lorong-lorong stand, walaupun isinya ga melulu makanan sih… Atau ternyata, pengunjung sekaten itu ingin sekaten dicreate menjadi Jogja mini lengkap dengan nama-nama jalan untuk menamai lorong-lorong stand (kalo yang ini sih udah pernah ada yang make idenya untuk pameran di JEC), atau apalah… Banyak yang bisa digali sebenarnya…

Jadi menurutku, manajemen pelaksanaan sekaten itu perlu digarap dengan serius. Sebuah contoh yang membuatku sangat terkesan adalah acara tahunan Tournament of Roses di Amrik sono, pada tahu kaaan.. Dulu TVRI rajin banget nayangin acara ini, apalagi waktu itu Indonesia pernah jadi peserta. Acara itu dilaksanakan sekali setahun, tempatnya selalu di Pasadena, acaranya karnaval kendaraan yang dihias bunga…gitu-gitu aja sih. Tapi liat dong pengunjungnya, banyak yang bela-belain dari luar kota bahkan luar negeri hanya untuk nonton. Dan apakah mereka dijamu dengan nyaman? Nggak juga, mereka cuma berdiri aja tuh dipinggir jalan panas-panasan… Tapi mereka tetep antusias tuh…

Memang, manajemen yang baik sangat menentukan hasil, termasuk di acara karnaval ini. Bayangkan aja, ketika karnaval tahun ini lagi berlangsung, para peserta udah mulai merancang kendaraan hiasnya untuk tahun depan, sesuai dengan tema tahun depan yang juga sudah diberikan oleh panitia.

Kalau sekaten digarap dengan tingkat keseriusan seperti itu, bisa nggak ya? Mulai dari yang sederhana dulu, identifikasi pengunjung sekaten dan pengunjung potensial. Terus bisa dilanjutin dengan jajak pendapat, mengenai keinginan mereka tentang sekaten. Terus studi banding dengan perayaan sejenis di tempat lain atau di negara lain. Ga harus kesana langsung, kan sekarang ada internet, jadi pengeluaran untuk biaya perjalanan dinas bisa ditekan ;p Sekalian aja ditunjang dengan internet (website/email) untuk kepentingan promosi keluar kota dan keluar negeri. Bisa juga sekalian untuk cari sponsor/pengisi stand dengan syarat memang sekatennya udah dibikin bagus dan layak dipromosiin. Perayaan untuk rakyat bukan berarti semua-semuanya harus digarap dengan konvensional lho… Apalagi di lokasi itu ada Keraton Yogyakarta yang merupakan warisan budaya yang penting dan sering dikunjungi wisatawan luar negeri.

Penting ga sih? ;p

idenama@26 feb 08

Tuesday, February 19, 2008

Buaya

crocodile n. 1 a large tropical amphibious reptile with thick scaly skin, a long tail, and long jaws.

alligator n. large reptile of the crocodile family with a head broader and shorter than a crocodile's.

(Pocket Oxford Dictionary, 1994)

"Lelaki buaya darat buset aku tertipu lagi…"
(Ratu)

"Buaya.. buaya.. buaya darat.. tak tau tak tau tak tau diri…"
(lupa penyanyinya, pokoke sekitar tahun 97-an ngetop banget, band yang personilnya cewek2 itu... aduh sapa si namanya...)

Itulah theme song para cewek yang sedang bermasalah dengan para cowok playboy. *Hyuuk…*

Jadi penasaran nih, kenapa ya para cowok yang banyak ceweknya disebut buaya. Aku jadi inget, punya seorang teman cowok yang dikasih gelar kehormatan “buaya” oleh teman-teman, gara-gara temen ceweknya banyak dan ganti-ganti. Tetapi, seorang teman (cowok) melakukan “pembelaan” bahwa cewek-cewek tadi hanya teman, bukan pacar. Dan si “tertuduh buaya” tidak pernah pacaran dengan lebih dari 1 orang dalam 1 waktu. Iya dehh…

Ngoms, kasian amat si binatang bernama buaya ya, apa iya sih dalam kenyataan dia termasuk binatang yang tidak setia pada satu pasangan? Padahal, kebanyakan binatang kan gitu juga. Aku pernah pelihara ayam kate, anaknya bisa kawin sama induknya. Hamster adikku juga gitu, beranak pinak dengan sukses tanpa peduli kawinnya sama siapa, hehe…

Yuk cari tahu tentang si buaya ini disini.

Kayaknya ga ada yang identik dengan cap playboy ya dalam prilaku si binatang buaya itu? Sampe sekarang aku masih belum bisa memahami istilah "buaya" untuk itu.


Ada ga yang bisa ngejelasin?

idenama@19 Feb 08

Pelanggan

customer n. 1 person who buys goods or services from a shop or business. 2 colloq. person of a specified kind (awkward customer). [Anglo-French: related to *custom]

(Pocket Oxford Dictionary, 1994)

Kata customer diterjemahkan menjadi langganan atau pelanggan, yaitu orang yang membeli barang atau jasa dari penjual/bisnis.

Mengapa tiba-tiba aku tertarik untuk membahas kata itu? Well, terus terang aku merasa tergelitik ketika membaca sebuah berita di koran hari ini. Tentang sebuah tema ulang tahun sebuah rumah sakit daerah, yang diberi tagline “Mengutamakan Mutu dan Kepuasan Pelanggan”. Mendengarnya sih aku merasa “sedikit” lega, karena sebagai orang yang tertarik dengan dunia pemasaran dan periklanan, hal itu terdengar sebagai sebuah pencerahan. Aku teringat lelucon seorang teman kantor tentang betapa mudahnya membuat slogan/tagline ketika kita adalah sebuah lembaga pemerintah, tinggal isi saja template ini “Dengan semangat hari …… (isi dengan nama peringatan dan tanggalnya) kita tingkatkan ……(tuliskan sebuah pernyataan dalam bidang yang terkait dengan hari peringatan tersebut).” Cool! Rumah sakit daerah itu membuktikan bahwa tidak semua lembaga pemerintah harus “mengisi template”…

Apalagi, RS itu juga sudah memasukkan unsur “kepuasan pelanggan”. Sebuah kesadaran dengan “rendah hati” bahwa peran pelanggan sangat penting dalam menentukan baik atau tidaknya sebuah pelayanan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak kasus ketidakpuasan pelanggan/pengguna layanan RS di Indonesia, mulai dari petugas yang “lupa” tersenyum sampai yang terparah adalah kejadian malpraktek. Secara umum, kesan yang tertangkap adalah bahwa para pelanggan adalah pihak yang sangat-sangat membutuhkan pelayanan dan RS sebagai penyedia layanan adalah pihak yang menyediakan layanan dengan .. ya.. secukupnya sajalah. Akibatnya ya… gitu deh…

Kembali lagi ke RS daerah tadi, dengan tagline itu, sadar atau tidak, dia sudah menjawab tantangan bahwa “the marketplace isn’t what it used to be”. Menurut pakde Kotler (2003), salah satu perubahan yang terjadi sekarang ini adalah bahwa pelanggan mengharapkan kualitas pelayanan yang lebih dan perlakuan khusus (customization). Tinggal implementasinya saja, mudah-mudahan memang konsekuen dengan tagline yang dimaksud.

Tetapi.. ternyata penggunaan kata “pelanggan” menimbulkan protes dari pihak dewan. Katanya sih, tagline mereka dapat menimbulkan asumsi bahwa RS itu berorientasi pada profit dan bisnis. Mereka menganggap tema itu tidak sesuai dengan semangat kemanusiaan yang biasa diusung oleh rumah sakit sebagai tempat pengobatan dan penyembuhan masyarakat. Jadi seharusnya gunakan kata “pasien”.

*Biasa? Kalau pengen yang tidak biasa, ga boleh ya? *

Rumah sakit memang tugas utamanya melayani pasien/orang yang sakit. Biasanya, orang sakit ingin diperlakukan dengan baik supaya cepat sembuh. Tapi, apakah mereka merasa punya kepentingan di RS ketika mereka sedang sehat? Selain untuk kepentingan membezuk, sepertinya RS cenderung dijauhi oleh orang yang sehat.

Misalnya, RS itu justru pengen melepaskan diri dari stereotip RS yang hanya berfungsi untuk menyembuhkan orang sakit. Boleh nggak kalo RS itu ngadain seminar ngundang dokter ahli untuk menjelaskan tentang jenis penyakit baru yang belum pernah diderita oleh masyarakat di sana, supaya mereka paham cara mencegahnya sebelum terjadi? Atau, ngadain open house buat anak-anak sekolah untuk mengenal profesi medis, siapa tau mereka tertarik untuk jadi dokter di masa depan? Atau, mengadakan lomba bayi sehat dengan sponsor untuk menyediakan hadiahnya? Atau, mengadakan program senam hamil secara reguler?

Bukankah dengan hal-hal tersebut, RS justru dapat meningkatkan eksistensinya dalam kedudukan luhur dan memiliki jiwa besar untuk mengabdi pada pelanggan..eh.. masyarakat?

idenama@19 Feb 08